Dompu, 9 September 2025 – SPNF SKB Dompu menyelenggarakan Pengimbasan Pembelajaran Mendalam bagi Kepala Sekolah dan Guru tahap On The Job Training (OJT). Rangkaian kegiatan ini dimulai dari bulan Agustus sampai dengan November 2025 dan dibagi ke dalam 3 siklus (siklus 1, siklus 2, dan siklus 3). Di siklus 1, kegiatan pertama di mulai dari pengimbasan kepada rekan sejawat dan berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 4 sampai dengan 9 September 2025, dimulai pukul 09.00 WITA hingga selesai, menghadirkan Bapak Wahyu Winandi, S.Pd dan Ibu Dian Gustiana, S.Pd sebagai fasilitator utama, dengan peserta seluruh pamong belajar SKB Dompu berjumlah 9 orang.
Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas pelatihan, melainkan sebuah ikhtiar serius untuk mengubah paradigma pembelajaran di tingkat satuan pendidikan nonformal, agar tidak terjebak pada pola lama yang berorientasi pada penyampaian materi semata. Pengimbasan ini menjadi jembatan penting untuk menanamkan kesadaran bahwa pembelajaran harus dipandang sebagai proses hidup yang mendewasakan, bukan sekadar memenuhi tuntutan administratif kurikulum.
Menyemai Pola Pikir Bertumbuh dan Inkuiri Kolaborasi
Sebelum sesi pelatihan dimulai, suasana aula SPNF SKB Dompu terasa khidmat. Seluruh pamong belajar yang hadir tampak antusias, menyiapkan diri untuk mengikuti rangkaian kegiatan pengimbasan ini. Acara resmi dibuka oleh Ibu Nurhaidah, SE, selaku Plt. Kepala SKB Dompu, yang sekaligus memberikan sambutan awal.
Dalam sambutannya, beliau menegaskan pentingnya kegiatan pengimbasan ini sebagai ruang pembelajaran bersama:
“Kegiatan ini bukan hanya sekadar kewajiban administratif, tetapi merupakan kebutuhan mendasar bagi kita sebagai pendidik. Kita dituntut untuk terus berkembang, memiliki pola pikir terbuka, dan berani meninggalkan cara-cara lama yang sudah tidak relevan dengan zaman. Pembelajaran mendalam mengajarkan kita untuk hadir secara penuh, menciptakan proses belajar yang bermakna, dan memberi pengalaman yang menggembirakan bagi peserta didik. Mari kita ikuti kegiatan ini dengan serius, dengan hati terbuka, agar kelak kita dapat menularkan semangat baru ini ke sekolah dan lingkungan kita masing-masing.”
Setelah sambutan dan doa pembuka, kegiatan resmi dimulai dengan materi pertama tentang pola pikir bertumbuh (growth mindset) dan inkuiri kolaborasi.
Pola pikir bertumbuh mengajarkan bahwa kecerdasan dan kemampuan seseorang tidak statis, melainkan dapat berkembang dengan usaha, kegigihan, serta dukungan lingkungan yang tepat. Dalam konteks guru dan pamong belajar, growth mindset adalah kunci untuk menghindari kejumudan berpikir, sekaligus menjadi motivasi bahwa setiap peserta didik—betapapun latar belakangnya—memiliki potensi untuk berkembang.
Adapun inkuiri kolaborasi menekankan pentingnya membangun pengetahuan bersama melalui proses bertanya, berdiskusi, dan berefleksi secara kolektif. Pendekatan ini menegaskan bahwa guru tidak lagi menjadi pusat pengetahuan tunggal, melainkan fasilitator yang mendorong peserta didik untuk menemukan, menguji, dan mengembangkan gagasan mereka sendiri.
Dua materi ini menjadi fondasi, karena tanpa pola pikir bertumbuh, guru mudah terjebak dalam sikap pesimis, dan tanpa inkuiri kolaborasi, pembelajaran akan tetap berjalan satu arah tanpa ruh dialog yang mendewasakan.
Menyelami Hakikat Pembelajaran Mendalam
Hari kedua memperluas cakrawala peserta dengan menyelami konsep dasar pembelajaran mendalam, yang menekankan tiga prinsip utama:
- Berkesadaran – guru dituntut hadir secara penuh dalam setiap proses belajar, tidak sekadar menyampaikan materi, tetapi memahami tujuan, kebutuhan peserta didik, dan konteks sosial budaya yang melingkupinya.
- Bermakna – pembelajaran harus terhubung dengan realitas kehidupan, sehingga peserta didik merasa bahwa apa yang dipelajari bukanlah hal asing, melainkan sesuatu yang relevan dengan tantangan hidup sehari-hari.
- Menggembirakan – suasana belajar yang penuh kegembiraan adalah pintu masuk bagi motivasi dan kreativitas. Belajar tidak boleh menjadi beban, tetapi energi yang membangkitkan semangat untuk terus bertumbuh.
Peserta juga dibekali kerangka pengalaman belajar, yang mencakup tahap memahami (menangkap makna), mengaplikasikan (mempraktikkan dalam konteks nyata), dan merefleksikan (menilai kembali pengalaman untuk menemukan pelajaran berharga).
Selain itu, materi asesmen pembelajaran dipahami bukan sekadar alat ukur hasil, melainkan sarana memberi umpan balik yang membangun. Asesmen berfungsi membantu peserta didik melihat kemajuan dirinya, sekaligus membantu guru memperbaiki strategi pembelajaran. Dengan demikian, asesmen menjadi alat dialog, bukan sekadar angka di rapor.
Dari Teori ke Praktik
Hari terakhir menjadi puncak sekaligus ujian penerapan, di mana pamong belajar melakukan praktik penyusunan RPP Pembelajaran Mendalam. Di sinilah gagasan yang selama dua hari dibicarakan mulai diolah menjadi desain pembelajaran yang konkret.
Melalui penyusunan RPP, peserta ditantang untuk mengintegrasikan prinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan ke dalam langkah-langkah praktis. Mereka belajar bagaimana menulis tujuan yang relevan, merancang pengalaman belajar yang mendorong refleksi, sekaligus menyusun asesmen yang bersifat formatif.
Sesi diakhiri dengan refleksi bersama, di mana setiap peserta berbagi pengalaman, kesulitan, sekaligus rencana tindak lanjut. Refleksi ini penting karena menegaskan bahwa belajar tidak berhenti pada pengetahuan, melainkan pada kesadaran untuk terus memperbaiki diri dan praktik.
Menggugah Kesadaran, Mengubah Paradigma
Pengimbasan ini pada akhirnya menggarisbawahi satu hal penting: pembelajaran mendalam bukan sekadar metode, tetapi gerakan perubahan paradigma. Ia menuntut guru untuk beranjak dari sekadar “mengajar” menuju peran sebagai fasilitator yang menumbuhkan.
Bagi pamong belajar SKB Dompu, kegiatan ini adalah kesempatan emas untuk memperkuat identitas profesi: hadir sebagai pendidik yang tidak hanya menguasai materi, tetapi juga memahami psikologi belajar, membangun kolaborasi, dan menanamkan nilai-nilai kehidupan.
Jika semangat ini terus dijaga, maka pengimbasan pembelajaran mendalam tidak hanya akan berhenti sebagai program, melainkan menjadi budaya baru yang mewarnai setiap proses belajar di Kabupaten Dompu—budaya yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.